Laporkan Masalah

VARIASI INTERSEPSI KANOPI PADA TEGAKAN TANAMAN JATI PLUS PERHUTANI DAN JATI KONVENSIONAL DI KPH CEPU, JAWA TENGAH

SEPTIAN ADI NUGROHO, Dr. Hatma Suryatmojo, S.Hut., M.Si

2016 | Skripsi | S1 KEHUTANAN

Intersepsi kanopi diakui sebagai proses hidrologi yang cukup penting dalam pengelolaan sumberdaya air. Besarnya nilai dari intersepsi ini sangat dipengaruhi oleh kondisi vegetasi dan iklim. Penerapan teknik silvikulur oleh Perhutani pada tanaman Jati Plus Perhutani menyebabkan pertumbuhan lebih cepat dibandingkan pada tanaman Jati Konvensional sehingga mengindikasikan terjadinya perbedaan kondisi vegetasi dalam hal penutupan kanopi. Kemungkinan terjadinya perbedaan penutupan kanopi pada Jati Plus Perhutani dan Jati Konvensional akan memengaruhi besarnya nilai intersepsi kanopi sehinga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui variasi intersepsi kanopi dan hubungan antara tebal hujan terhadap intersepsi kanopi pada Jati Plus Perhutani dan Jati Konvensional. Penelitian ini dilakukan di dua plot penelitian yang berbeda yaitu tegakan Jati Plus Perhutani petak 74 A dan Jati Konvensional petak 67 D. Kedua plot penelitian terletak di RPH Temengeng, BKPH Pasarsore, KPH Cepu. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April 2015-Juni 2015 dilanjutkan Desember 2015-Januari 2016. Nilai intersepsi kanopi (Ic) diperoleh dari pengurangan tebal hujan (P) dengan aliran tembus (Tf) dan aliran batang (Sf). Data tebal hujan yang digunakan adalah data hujan tunggal dengan interval waktu antar kejadian hujan minimal 24 jam. Data tebal hujan diperoleh dari Automatic Rainfall Recorder (ARR) sedangkan data aliran tembus dan aliran batang dari pengukuran langsung di plot penelitian. Untuk memperoleh hubungan tebal hujan dengan intersepsi kanopi dilakukan analisis statistik menggunakan SPSS 16.0. Hasil penelitian menunjukkan variasi intersepsi kanopi pada Jati Plus Perhutani berkisar 23,05%-75,48% dari total tebal hujan sedangkan pada Jati Konvensional lebih kecil berkisar 17,47%-51,74% dari total tebal hujan. Hubungan antara tebal hujan dengan intersepsi kanopi adalah berbanding lurus dengan persamaan pada Jati Plus Perhutani yaitu Y=0,419X dengan nilai R2=0,929 dan pada Jati Konvensional Y=0,331X dengan nilai R2=0,943.

Canopy interception is recognized as hydrological process which is important in the water resource management. The interception value is affected by vegetation and climate condition. Implementation of silviculture techniques by Perhutani with Jati Plus Perhutani increase the plant growth faster than Conventional Teak. This indicate the differences of vegetation condition in terms of canopy closure. Possibility of the differences of canopy closure between Jati Plus Perhutani and Conventional Teak will affecting the value of canopy interception. It is necessary to conduct research to find out variations of canopy interception and relation between rainfall toward canopy interception on the Jati Plus Perhutani and Conventional Teak. This research located in RPH Temengeng, BKPH Pasarsore, KPH Cepu and plotted in two different locations, Jati Plus Perhutani at 74 A compartment and Conventional Teak at 67 D compartment. Research period conducted on April 2015 to June 2015, and continued on December 2015 to January 2016. Value of canopy interception (IC) is obtained from substraction of rainfall (P) with throughfall (Tf) and stemflow (Sf). Rainfall data which is used is single data with time interval minimum 24 hours between rain events. Rainfall data is obtained from Automatic Rainfall Recorder (ARR), whereas throughfall and stemflow data is obtained from direct measurement at the plotted research. Statistic analysis is conducted using SPSS 16.0 to obtain relation between rainfall againts canopy interception, Result from this study shows variaton of canopy interception on the Jati Plus Pehutani about 23,05% to 75,48% from the total rainfall, while Conventional Teak had smaller value, about 17,47% to 51,74% from the total rainfall. The relation between rainfall toward canopy interception is equal with the equation of Jati Plus Perhutani, Y=0,419X with R2=0,929, while Conventional Teak, Y=0,331X with R2=0,943.

Kata Kunci : Intersepsi kanopi, Jati Plus Perhutani, Jati Konvensional